Pertanyaan Yang Perlu Dihindari Saat Belajar Fotografi

Fotografi adalah (salah satu) produk seni, bukan matematika di mana 1 ditambah 1 harus sama dengan 2, banyak pertanyaan yang (sebenarnya) tidak perlu, alih-alih sebagai kambing hitam atas kegagalan sebuah foto.

Beware... never ask these questions

Kenapa? Karena banyak pertanyaan menjadi tidak logis (untuk pencapaian yang tidak mungkin dalam sebuah foto, dalam hal keterbatasan kamera ataupun lensa sebagai sebuah barang ciptaan manusia).

Notes: Kamera & Lensa diciptakan meniru konsep kerja Mata. Ada hal-hal tertentu dari Ciptaan Tuhan yang tidak bisa di tiru oleh kamera & lensa secanggih apapun (hingga saat ini).

Daftar pertanyaan di bawah ini akan terus diupdate, boleh ditambahkan kalo ada diantara pembaca yang merasa mempunyai ganjalan tentang pertanyaan yang (tidak perlu dijawab), Mari kita mulai…

  1. Merk Kamera apa yang paling bagus?

Tidak ada Merk kamera paling bagus, kalo ada merk kamera paling bagus, semua orang pasti membeli kamera tersebut. Semua kamera adalah BAGUS (selama masih bisa dipakai & berfungsi). Apa yang membuat tidak bagus? Yang menjadikan sebuah kamera bagus atau tidak bagus adalah “Penggunanya”.

  1. Settingan speed dan diafragma berapa yang paling bagus?

Tidak ada speed atau diafragma terbagus. Kalo ada speed dan diafragma paling bagus, semua pabrik kamera dan lensa akan membuat dan memproduksi kamera dengan speed dan diafragma angka terbagus tersebut, tanpa menciptakan speed dan diafragma yang bervariasi. Masing masing speed dan diafragma mempunyai kegunaan dengan efek hasil yang berbeda. Yang perlu di “Hafalkan” adalah konsep fungsi dan efek foto yang di hasilkan. Bukan hafalan numerik spesifik sebuah angka. Cermati apa efek diafragma Lebar (angka kecil), cermati apa efek diafragma sempit (angka besar), cermati apa efek speed tinggi, cermati apa efek speed lambat. Awali dengan melihat ini, untuk menemukan perpaduan speed & diafragma untuk exposure yang di kehendaki.

  1. Apakah saya harus memakai setting “Manual” untuk hasil foto yang bagus? (begitu kata temen saya).

Temen anda sedang “menjebloskan” anda dalam “Kebodohan Fotografi” di kerak terdalam dengan pernyataan tersebut. Kamera diciptakan dengan beberapa mode; M, Av, Tv, P, A, dll dll (baca buku panduan ttg istilah tsb). Beberapa mode pilihan tersebut (selain M-Manual) diciptakan untuk mempermudah manusia dalam menghasilkan foto yang optimal, berpikir minimal, menyingkat waktu dan hasil maksimal. Pahami masing masing fungsi nya, dan (lagi-lagi) Hindari Hafalan angka. Hafalkan konsep fungsi dan efek yang dihasilkan. Ada hal-hal tertentu ketika kita memang harus memerlukan mode M. Tapi pendapat tentang “Harus pake M supaya lebih bagus”.. tentunya kurang tepat. Kalau anda nggak beli kamera bekas, silahkan baca buku manualnya. Kalau anda beli kamera bekas dan bukunya ilang, silahkan download. Pasti gampang nemu di google…. Link nya sebanyak koruptor berdasi di negeri ini. (baca : Buanyaaaaaak)

  1. Foto saya bagus, tidak?

Kalo anda “Hobbiest” fotografi, Selama anda suka dengan foto yang anda hasilkan artinya “Foto anda bagus”. Kalo anda lebih cenderung sebagai seorang “Seniman”, Selama anda suka dengan foto yang anda hasilkan, tanpa peduli dengan pendapat orang lain, artinya “Foto anda bagus”. Kalo anda mencoba menjual Foto kepada orang lain (baca : Client), Selama Foto yang anda hasilkan disukai oleh client dan client bersedia membayarnya, artinya “Foto anda bagus”. Kalo anda Menjual Foto kepada orang lain (baca : Client), dan Foto anda disukai Client sekaligus anda juga menyukai foto yang anda hasilkan (baca : Jual), artinya “Foto anda bagus” dan Anda adalah “Seniman” yang “Pandai Berdagang”.

Kalau anda Menyukai Foto yang anda hasilkan, dan orang lain suka foto anda, dan anda menikmati serta menjiwai proses dalam menghasilkan Foto tersebut, dengan senang hati berbagi dan terbuka atas semua pendapat, berarti anda adalah Hobbiest Fotografi sejati… apapun kameranya, dan apapun lensa nya.

  1. Kenapa ya temen saya pelit Ilmu dan ndak mau sharing?

Setiap orang pasti punya alasan kenapa dia mau berbagi atau tidak mau berbagi. Misalkan anda menjadi “seseorang” itu suatu saat, ketika anda tidak mau berbagi dengan orang lain, karena ketakutan orang di sekitar anda bisa menyamai anda… Percayalah, masih banyak di luar sana orang yang dengan senang hati berbagi. Artinya percuma anda menyimpan apapun untuk tidak dibagi ke orang lain.

  1. Katanya saya tidak boleh “mendewakan” merk tertentu, karena semua merk adalah bagus, jadi apa yang perlu saya pertimbangkan kalau mau membeli kamera?

Belajar memotret, juga kadang di bantu oleh orang orang sekitar anda, tidak bermaksud memihak merk tertentu, tapi ikuti merk merk yg dipakai orang terdekat atau sekitar anda. Paling tidak, kalau anda menemui kesulitan, ada tempat tercepat untuk bertanya dan berdiskusi. Dengan mengikuti merk yg dipakai orang orang terdekat anda, maka anda punya banyak kesempatan untuk mencoba gear-gear yg belum anda punya sebelum memutuskan ikut (ikutan) beli.

  1. Teman saya masih saja membanggakan merk yang dipakainya, bagaimana sikap saya?

Dengarkan pendapat dia hal-hal apa saja yang “menurut dia” merk itu menjadi dewa buatnya. Dengarkan pula kenapa menurut dia merk lain lebih jelek (Menurut dia). Ambil hal positif nya, Secara tidak langsung anda banyak mendapat pengetahuan tentang merk-merk yg berbeda, tanpa anda harus membeli merk yang bersangkutan). Jangan lupa, ucapkan terima kasih kepada teman anda yang (selalu) mengunggulkan merk yang di pakainya.

Akhiri percakapan anda dengan pertanyaan berikut :

  • “Merk yang kamu unggulkan, ngasih komisi berapa buat kamu?”
  • “Merk yang kamu unggulkan, pernah bikin prestasi buat kamu nggak?”
  • “Merk yang kamu jelek-jelekkan pernah merugikan hidup kamu nggak?”

Kalau 3 pertanyaan diatas tidak bisa dijawab dengan baik olehnya, ini saatnya anda coret namanya dari narasumber anda untuk belajar fotografi. (Mungkin) tetap cocok untuk berteman dan berbisnis, tapi tidak cocok untuk jadi pelabuhan anda belajar fotografi. Jadikan teman anda ini “Kembali” menjadi narasumber anda belajar Fotografi apabila dia bisa menjelaskan atau menjawab pertanyaaan anda sebagai berikut:

  • Merk A & B punya perbedaan tertentu, dengan masing2 point plus dan minusnya, bagaimana masing masing karakternya ya??
  • Merk A & B punya perbedaan harga, dengan masing masing keunggulan dan kekurangannya, kira kira mana yang lebih ergonomis buat saya ya? Secara fungsi dan investasi serta kemudahan sehari hari?
  1. Saya berniat mau jual foto saya, kira-kira di hargai berapa ya?

Sebelum pertanyaan diatas terjawab, tanyakan dulu hal hal berikut ke anda sendiri : Apa yang ingin anda berikan kepada pembelinya? Harga Jual terendah adalah ketika modal yg anda keluarkan kembali. Seiring waktu, harga foto (jasa foto) yang anda jual, akan makin naik seiring dengan kualitas yg anda hasilkan. Tidak hanya “kualitas” foto, tapi juga kualitas anda membangun hubungan dengan pembeli anda.

  1. Lensa berapa mm yang harus saya beli?
  1. Anda ingin memotret apa? Kalau ini terjawab, lanjut dengan step berikut
  2. Simak dan cari referensi Karakter lensa yang anda inginkan (berdasar point 1) Kalau point 2 terjawab, ikuti step ini:
  3. Sebanding tidak antara harga dan hasil (yang sudah anda cari referensinya di point 2) Kalau point 3 terjawab, putuskan : Anda ingin beli, anda ingin sewa atau anda ingin minjem (aja).
  1. Mas fotonya bagus, ini di olahnya bagaimana?

Hahahaha… positif anda adalah orang yang gonta ganti merk, gonta ganti lensa, desperate, putus asa dalam memotret, malas baca buku manual, malas berkesperimen motret, malas membaca.. dan segudang malas yang lain. Saatnya anda ganti hobi. Jadi kalau anda termasuk orang yg tersinggung disebut pemalas, mulailah dari sekarang melihat foto jangan selalu di hakimi dengan Pertanyaan “ngolahnya bagaimana”. Foto bagus, sudah bagus dari asalnya, bahkan ketika jauuuhh sebelum di olah.

Penasaran dengan Dunia Fotografi sebelum ada olahan dan komputer? Silahkan hubungi saya, datang kemari dan kita sharing memotret dengan kamera film…. gratis!!

  1. Kata teman saya foto dengan lensa manual lebih bagus hasilnya dari pada lensa AF / Lensa modern. (lagi-lagi kata teman saya)

Kalau Kata “bagus” yang anda pakai merujuk ke kualitas optic, jawabannya bisa YA bisa juga TIDAK. Kalau kata “BAGUS” yang anda pakai untuk “kata penghiburan” diri atas “kegagalan foto” yang anda hasilkan, kemudian menjadi alasan anda beralih ke lensa manual,….bersiaplah kecewa.

Hobby Foto yang anda tekuni akan menjadi hobby yang amat sangat menyakitkan. Komposisi Fotografi dihasilkan TIDAK HARUS dari lensa tertentu, baik AF atau Manual. Komposisi Foto dihasilkan dari “kepiawaian” anda melihat obyek, memadukan dengan unsur yang ada, dibumbui pemahaman alat yang anda pakai dan di hiasi momen yang terjadi (sesaat ataupun berulang). bukan karena Lensa manual atau AF.

Note : Baca kembali point point diatas tentang Kamera, Lensa, merk dan Foto bagus.

  1. Apakah saya harus upgrade ke kamera Full Frame? mana yang lebih penting, upgrade kamera menjadi kamera fullframe, atau upgrade lensa?

Kalau anda punya mesin uang di rumah, ternak tuyul, piara pesugihan, atau babi ngepet, silahkan skip Point 12. Kalau anda seperti saya (uang dapet hari ini, habis hari ini, uang untuk besok pikirin besok),… ada baiknya Point 12 dibaca. Yang Lebih penting bukan tentang kamera FullFrame, tapi apa yang anda masukkan dalam frame jepretan kamera anda.

  1. Saya mau belajar motret, tapi bagaimana mungkin, saya tidak punya kamera…?

Anda pernah tau Michael Schumacher ??? Kalau anda belum tau, silahkan baca disini. Tahukah anda, si juara dunia ini ndak pernah punya MOBIL BALAP. Ndak punya kamera atau lensa?? Silahkan baca lagi point nomer 10.

Sumber: Komunitas Fotografi Indonesia